Akal Sehat, Kau Pergi Terlalu Cepat
Okt 03, 2017 by apost team
Hari ini menandai kepergian Akal Sehat, sahabat yang telah mendampingi kita selama bertahun-tahun. Meskipun kita tahu kapan ia pergi, tetapi tidak seorang pun tahu kapan ia terlahir di dunia ini, karena berbagai proses yang rumit untuk mencari catatan kelahirannya.
apost.com
Ia akan diingat karena ajaran-ajarannya, seperti kapan kita harus berlindung dari hujan; kenapa tikus kedua mendapatkan kejunya; bahwa kehidupan itu tidak adil dan bahwa terkadang sebuah masalah timbul karena kesalahan kita. Akal Sehat hidup selama yang ia bisa, dengan berpegang pada pendekatan yang sederhana dan terencana dengan baik dalam keuangan; ia tidak pernah menghabiskan lebih banyak dari yang didapatnya, dan ia selalu ada untuk menuntun kita ke arah yang benar dalam membesarkan anak-anak. Vitalitas Akal Sehat mulai menurun setelah ketentuan-ketentuan yang bermaksud baik tetapi berlebihan menjadi pola hidup yang umum. Kejadian-kejadian seperti seorang anak, yang usianya hanya satu digit, dituntut atas pelecehan seksual karena mencium teman sekelasnya; para remaja yang diskors karena menggunakan obat kumur yang mengandung alkohol, dan guru yang dipecat karena mencoba meredakan huru-hara di kelas; hanya semakin memperburuk masalah ini. Akal Sehat gagal saat para orang tua mencoba melimpahkan kesalahan kepada guru karena gagal bertindak sebagai pengganti orang tua bagi anak-anak mereka. Kesehatan Akal Sehat semakin menurun saat ketersediaan layanan kesehatan di sekolah dipangkas oleh surat izin sementara para orang tua tidak pernah diajak untuk membahas masalah kehamilan dan aborsi di usia remaja. Akal Sehat kehilangan semangat hidupnya setelah gereja menjadi lembaga keuangan dan para kriminal memperoleh perlakuan yang lebih baik dibandingkan korban mereka. Akal Sehat meninggal dalam kondisi kritis saat para pemilik rumah tidak dapat mempertahankan properti mereka dari para pencuri dan para pencuri tersebut dapat membalikkan keadaan dan menuntut para pemilik rumah atas penyerangan di rumah yang rencananya akan mereka curi. Akal Sehat pun mengembuskan napasnya yang terakhir saat mendengar bahwa siswa sekolah dasar telah diskors karena mengunyah kue dan membentuknya menyerupai sebuah pistol. Kematian Akal Sehat didahului oleh kematian kedua orang tuanya, Kepercayaan dan Kebenaran, suaminya, Kebijaksanaan, dan anak-anaknya, Tanggung Jawab dan Akal Budi. Ia meninggalkan ketiga saudara tirinya; Aku Tahu Hak-Hakku, Ini Salah Orang Lain, dan Aku Korbannya di Sini. Hanya sedikit yang menghadiri pemakamannya, karena sebagian besar orang tidak menyadari bahwa Akal Sehat telah meninggalkan kita. Jika kamu mengingat Akal Sehat, sebarkan berita duka ini; kebanyakan orang hanya akan membacanya, tertawa, dan melanjutkan hidup seperti biasa.